SEJARAH
KERAJAAN SRIWIJAYA
Kerajaan Sriwijaya
merupakan
kerajaan maritim yang terkuat di pulau Sumatera dan termasuk salah satu
kerajaan yang berpengaruh di Nusantara karna luas nya daerah kekuasaan Kerajaan
Sriwijaya mulai dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung
Malaya, Sumatera, Jawa juga Pesisir Kalimantan. Nama Sriwijaya sendiri di ambil
dari Bahasa sangsekerta Sri berarti Gemilang dan Wijaya Berarti Kejayaan, maka
makna dari nama Sriwijaya adalah Kejayaan yang Gemilang. tidak ada yang
tahu dengan pasti kapan awal berkembangnya dan kapan pula berakhirnya kerajaan
Sriwijaya namun diperkirakan pada abad ke-7 M Kerajaan Sriwijaya telah berdiri.
Urutan Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Tahun 671 M - I Ching singgah di Sriwijaya
tahun
671 adalah tahun awal yang membutikan adanya Kerajaan Sriwijaya. bukti ini di dapat dari seorang Bhiksu
Buddha Tiongkok yang bernama I Ching yang sedang berkelana lewat laut menuju
india untuk mendapatkan teks agama buddha dalam bahasa sangsekerta melalui
Jalur Sutra atau jalur perdagangan untuk kemudian di bawa ke tiongkok dan di
terjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa. semasa perjalanan nya ini lah I Ching
singgah di Sriwijaya pada Tahun 671 dan menetap selama 6 bulan di sriwijaya
kemudian melanjutkan perjalanan nya ke Malayu yang sekarang disebut dengan
jambi menetap pula di jambi selama 2 bulan
Gambaran
I Tsing tentang Sriwijaya
".... banyak raja dan pemimpin yang berada
di pulau-pulau pada Lautan Selatan percaya dan mengagumi Buddha, dihati mereka
telah tertanam perbuatan baik. Di dalam benteng kota Sriwijaya dipenuhi lebih
dari 1000 biksu Budha, yang belajar dengan tekun dan mengamalkannya dengan
baik.... Jika seorang biarawan Cina ingin pergi ke India untuk belajar Sabda,
lebih baik ia tinggal dulu di sini selama satu atau dua tahun untuk mendalami
ilmunya sebelum dilanjutkan di India".
Tahun 683 M - Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti
kedukan bukit yang ditemukan oleh M. Batunburg pada tanggal 29 November 1920 di
kebun Pak H. Jahri tepi sungai Tatang, desa Kedukan Bukit di kaki Bukit
Siguntang sebelah barat daya Palembang.
Prasasti yang berbentuk batu kecil berukuran 45 × 80 cm ini ditulis dalam
aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuno adalah sebuah Prasasti yang
memperjelas adanya Kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini Sangat Jelas Menggambarkan
Kejadian yang terjadi pada saat itu.
Isi
prasasti kedukan bukit yang telah di terjemahkan:
tanggal 23 April 683 dapunta hiyang naik ke
perahu untuk melakukan penyerangan dan sukses dalam Penyerangannya. 19 Mei 683
Dapunta Hiyang berlepas dari minanga membawa 20.000 bala tentara dengan
perbekalan 200 peti di perahunya. Rombongan pun tiba di Mukha Upang dengan suka
cita. 17 Juni 683 Dapunta Hyang datang membuat wanua
Tahun 684 M - Prasasti Talang Tuo
Prasasti
ini ditemukanpada tanggal 17 November 1920 di kaki bukit siguntang oleh Louis
Constant Westenenk. Prasasti yang memiliki bidang datar berukuran 50cmX80cm ini
juga dipahat menggunakan Aksara Palawa dalam bahasa melayu kuno. Dalam prasasti
Talang Tuo yang bertarikh 684 M, disebutkan mengenai pembangunan taman oleh
Dapunta Hyang Sri Jayanasa untuk semua makhluk berisi pohon pohon yang buahnya
dapat dimakan, Taman tersebut diberi nama Sriksetra.
Tahun 686 M - Prasasti kota kapur
Prasasti
yang ditulis dalam aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno dipahatkan pada sebuah
batu yang berbentuk tugu bersegi-segi dengan ukuran tinggi 177 cm, lebar 32 cm
pada bagian dasar, dan 19 cm pada bagian puncak ditemukan di pesisir Barat
Pulau Bangka, dinamakan Prasasti Kota Kapur karna sesuai dengan Tempat di
temukan nya yaitu di dusun kecil di Pesisir barat Pulau Bangka yang bernama
kota Kapur. Prasasti yang ditemukan oleh J.K Van Der Meulen pada bulan Desember
1892 dan di terjemahkan oleh George Coedes orang yang sama yang telah
menerjemahkan Prasasti Kedukan Bukit ini berisi tentang Kutukan bagi siapapun
yang memberontak kepada Sriwijaya serta berisi Hal hal baik untuk yang setia
kepada Sriwijaya, dalam Prasasti Kota Kapur ini juga jelas di ucapkan tanggal
28 Februari 686 Bala tentara Sriwijaya berangkat untuk Menyerang Bumi jawa yang
tidak takluk kepada Sriwijaya
Tahun 718 M - Sri Indrawarman Raja Sriwijaya masuk islam
Hal
ini di dasari oleh Surat yang dikirimkan Sri Indrawarman yang saat itu
berstatus sebagai Maharaja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari
bani Umayyah. dalam surat itu disebutkan dari seorang Maharaja, yang memiliki
ribuan gajah, memiliki rempah-rempah dan wewangian serta kapur barus, dengan
kotanya yang dilalui oleh dua sungai sekaligus untuk mengairi lahan pertanian
mereka. Bersamaan dengan surat itu juga dikirimkan Hadiah untuk Khalifah
Tahun 717-720 M - Surat kedua Ke Suriah meminta Da'i ke Sriwijaya
Surat kedua yang dikirimkan Raja Sriwijaya ini di dokumentasikan oleh Adb Rabbih dalam karya Al-Iqdul farid. isi potongan surat tersebut berbunyi :
Dari Raja di raja... yang adalah keturunan
seribu raja.. kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan yang lain
dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya
merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan; dan
saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam
kepada saya, dan menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya.
Tahun
724 M - Sri Indrawarman mengirim hadiah ke Cina
Sama hal nya dengan yang di lakukan Raja Sri Indrawarman kepada Raja Arab pada kisaran Tahun 717-720 M. Raja Sri Indrawarman juga mengirimkan hadiah kepada kaisar Cina berupa ts'engchi
Tahun 775 -787 M - Dharanindra Mengusasi Sriwijaya
Sama hal nya dengan yang di lakukan Raja Sri Indrawarman kepada Raja Arab pada kisaran Tahun 717-720 M. Raja Sri Indrawarman juga mengirimkan hadiah kepada kaisar Cina berupa ts'engchi
Tahun 775 -787 M - Dharanindra Mengusasi Sriwijaya
Hal
ini di dasari oleh sebuah Prasasti yang ditemukan di sebuah tempat yang bernama
Ligor saat ini tempat tersebut bernama Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand.
Prasasti Ligor memiliki 2 Sisi. Sisi Pertama disebut sebagai Ligor A dan
Sisi sebaliknya disebut Ligor B. Ligor A ditulis pada tahun 775 oleh raja
Kerajaan Sriwijaya, sedangkan Ligor B ditulis oleh Wangsa Sailendra setelah
Menaklukkan Sriwijaya
Tahun 792 - 835 M - Samaratungga Memerintah Sriwijaya
di
kisaran Tahun ini lah di perkirakan Samaratungga menjadi Raja di Kerajaan
Sriwijaya dengan mengedepankan Agama dan Budaya, terbukti di bangunnya candi
Borubudur pada tahun 825 M oleh Samaratungga. Pernikahan Samaratungga dengan
Dewi Tara Lahirlah Balaputradewa sebagai Pewaris Tahta Kerajaan Sriwijaya
Tahun 860 M - Balaputradewa Naik Tahta
Prasasti
Nalanda berangka tahun 860 ditemukan di Nalanda, Bihar, India. adalah bukti
bahwa Balaputradewa pernah menjadi Raja di Kerajaan Sriwijaya, Penafsiran
Manuskrip Prasasti Nalaya berbunyi : " Sri Maharaja di Suwarnadwipa,
Balaputradewa anak Samaragrawira, cucu dari sailendravamsatilaka (mustika
keluarga sailendra) dengan julukan sriviravairimathana (pembunuh pahlawan
musuh), raja Jawa yang kawin dengan Dewi Tara, anak Dharmasetu"
Tahun 990 M - Serangan dari raja Dharmawangsa Teguh dari Jawa
Serangan
raja Dharmawangsa ini di dasari oleh berita cina dari dinasti song, di kisahkan
dalam berita cina bahwa Sriwijaya terlibat persaingan dengan Kerajaan Medang
untuk menguasai Asia tenggara, kedua Kerajaan ini saling mengirimkan duta ke
cina, utusan Sriwijaya berangkat pada tahun 988 tertahan di kanton ketika
hendak pulang, karna negri Sriwijaya di serang tentara Kerajaan Medang, Pada
Tahun 992 duta Sriwijaya mencoba pulang kembali namun tertahan di Campa karna
negri Sriwijaya belum aman, duta ini meminta Kaisar Song untuk menyatakan bahwa
Sriwijaya berada dalam perlingdungan cina, untusan Kerajaan Medang tiba di cina
tahun 992 M, dikirim setelah Dharmawangsa berhasil menaklukkan Sriwijaya.
Tahun 1006 / 1016 - Wafatnya Dharmawangsa Teguh
dalam Prasasti Pucangan disebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya yaitu peristiwa hancurnya Kerajaan Medang. Tentara Aji Wurawari dari Lwaram yang di perkirakan sekutu Sriwijaya menyerang Istana raja Dharmawangsa Teguh di Wwatan. Dharmawangsa Teguh meninggal pada peristiwa tersebut.
Tahun 1003 M - Sri Cudamaniwarmadewa
keterangan ini di dapat dari sebuah manuskrip nepal pada abad ke 11 yang memuji negara Sriwijaya sebagai pusat kegiatan utama agama budha, dan memiliki area indah lokananantha di sriwayapura. Dan sebuah kronik
Tibet yang ditulis pada abad ke 11 bernama durbodhaloka menyebutkan pula nama maharaja sri Cudamanirwarman dari sriwijayanagara di suwardawipa.
Tahun 1008 M - Sri Mara-Vijayottunggawarman
Penemuan Prasasti Leiden yang tertulis pada lempengan tembaga berangka tahun 1005 yang terdiri dari bahasa Sansekerta dan berbahasa Tamil. sesuai dengan tempat di temukan nya yaitu di KITLV Leiden, Belanda. maka Prasasti ini dinamakan Prasasti Leiden.
Nama Sri Mara-Vihayottunggawarman di sebutkan dalam Prasasti Leiden sebagai anak dari Sri Cudamaniwarmadewa yang memiliki hubungan baik dengan dinasti Chola dari Tamil, selatan India
Terjemahan
Prasasti Leiden :
Raja Sriwijaya, Sri Mara-Vijayottunggawarman putra Sri Cudamani Warmadewa di Kataha telah membangun sebuah vihara yang dinamakan dengan Vihara Culamanivarmma
Raja Sriwijaya, Sri Mara-Vijayottunggawarman putra Sri Cudamani Warmadewa di Kataha telah membangun sebuah vihara yang dinamakan dengan Vihara Culamanivarmma
Tahun 1025 M - Kehancuran Kerajaan Sriwijaya
Sriwijaya Hancur Diserang oleh Rajendra Chola dari Kerajaan Chola serangan Rajendra Chola I dari Koromandel India selatan, didasarkan pada bait akhir prasasti Tanjoreyang menceritakan tentang penaklukan yang dilakukan Kerajaan Chola atas beberapa kawasan termasuk beberapa kawasan di nusantara serta penawanan raja Sangrama-Vijayottunggawarman dari Sriwijaya.
0 komentar:
Posting Komentar